Jangan Gampang Stigma, Pegiat Sosial Juga Punya Peran Penting

Jangan Gampang Stigma, Pegiat Sosial Juga Punya Peran Penting

Di era keterbukaan informasi seperti saat ini, peran Wartawan semakin penting dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Masyarakat menaruh harapan besar kepada para jurnalis untuk menyajikan informasi yang akurat, berimbang, dan berdasarkan fakta di lapangan. Begitu pula para aktivis sosial yang tergabung dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM), seringkali menjadi ujung tombak dalam menyuarakan kepentingan publik dan mengawasi jalannya kebijakan.

Namun sayangnya, masih saja ada sebagian kalangan institusi, instansi, bahkan aparat pemerintah desa yang merasa “terganggu” dengan kehadiran mereka. Bukan karena kesalahan faktual yang disampaikan, tapi lebih pada kegelisahan saat ada yang mempertanyakan kinerja, anggaran, atau transparansi program.

Mereka yang datang mempertanyakan, justru kerap dicap sebagai “oknum”, dianggap hanya cari-cari kesalahan, bahkan dilabeli sebagai wartawan abal-abal atau LSM gadungan. Sebuah tudingan yang terlalu mudah dilontarkan, tanpa melihat dulu esensi dari pertanyaan atau laporan yang disampaikan.

Padahal, kalau semua dijalankan dengan benar, sesuai aturan, dan tidak ada yang ditutupi, mengapa harus takut? Jika tak ada dusta di antara kita, seharusnya tak perlu ada kegelisahan saat diawasi. Fungsi kontrol sosial bukanlah bentuk permusuhan, justru bagian dari upaya kolektif untuk menjaga agar jalannya pelayanan publik tetap lurus dan bersih.

Kita tidak bisa menutup mata bahwa survei dan laporan dari berbagai lembaga membuktikan bahwa praktik korupsi masih bisa ditemukan di banyak celah. Bahkan bukan rahasia lagi, di level desa sekalipun, celah penyimpangan sangat mungkin terjadi jika tidak ada kontrol dari masyarakat, media, dan lembaga pengawas.

Maka dari itu, mari berpikir lebih jernih. Jangan mudah menggeneralisasi. Tidak semua yang mengkritik adalah musuh. Tidak semua yang mempertanyakan berarti ingin menjatuhkan. Justru mereka yang berani bicara itulah yang memberi alarm awal sebelum kerusakan lebih besar terjadi.

Institusi dan instansi publik semestinya membuka ruang dialog, bukan menutupnya dengan prasangka. Karena ketika masyarakat, jurnalis, dan aktivis sosial bisa bersinergi, itulah wujud demokrasi yang sehat. Bukan saling curiga, tapi saling mengingatkan. Salam Nalar Akal Waras. (MSar|Suarakyat.com)

Exit mobile version