Isu Ijasah Palsu Diramaikan, Orang Bodoh, dan di Percayai oleh orang Bodoh, Terus Siapa Yang Pinter. Kok Tidak Selesai.
Isu tentang dugaan ijazah palsu yang melibatkan tokoh publik kembali ramai diperbincangkan. Sayangnya, yang ramai justru bukan penyelesaian, tapi keributan di ruang publik yang kadang lebih mirip panggung sinetron daripada ruang dialog cerdas.
Sebagai rakyat awam, saya hanya bisa bertanya-tanya:
Kalau memang yang pro dan kontra itu orang-orang pintar, kok masalah ini tidak selesai-selesai? Bukankah pintar itu mestinya menyelesaikan, bukan memperpanjang?
Jangan-jangan, seperti kata banyak orang di media sosial:
Isu ini diramaikan oleh orang bodoh, dipermasalahkan oleh orang bodoh, dan dipercayai oleh orang bodoh pula.
Tapi, kalau semua dianggap bodoh, lalu siapa yang pintar?
Mestinya yang pintar itu menunjukkan kepintarannya dengan menyelesaikan masalah, bukan bermain narasi dan opini untuk cari panggung. Ijazah itu dokumen resmi, bukan kitab suci. Bisa diverifikasi secara hukum dan logika, bukan sekadar pernyataan “saya punya ijazah” atau “saya kenal dosennya”.
Sayangnya, di negeri ini, kebenaran kadang kalah oleh kekuasaan. Pendidikan bisa dibeli, gelar bisa dicetak, dan kebohongan bisa dibungkus seperti kebenaran — asal ada modal dan jaringan.
Sebagai rakyat kecil, saya cuma berharap: jangan ajari kami kebohongan lewat drama politik. Kalau benar, tunjukkan bukti. Kalau salah, hukum seadil-adilnya. Jangan jadikan rakyat sebagai penonton dari kebodohan yang dipertontonkan elit.(MSar)