Secangkir Kopi Politik
Suarakyat.com – 3 Nopember 2025, Di negeri ini, kopi bukan cuma soal rasa — tapi juga bisa jadi simbol obrolan serius, bahkan berbau politik. Di warung pinggir jalan, di kafe ber-AC, sampai di teras rumah pejabat, secangkir kopi sering jadi saksi bisu lahirnya keputusan besar… atau sekadar janji manis yang tak pernah ditepati.
Kopi politik punya racikan unik. Kadang pahitnya bukan karena biji sangrai, tapi karena kepentingan yang diseduh bersama kepura-puraan. Gula yang dituangkan tak selalu dari tebu — bisa jadi dari rayuan, janji jabatan, atau amplop tebal yang beraroma kuasa.
Baca juga:
Saksi Kunci Dr. Rudi Rusdiah Ungkap Fakta Palsu dan Rekayasa Hukum Sistematis Gugatan APKOMINDO
Sementara rakyat kecil cuma bisa mencium aromanya dari jauh. Di saat mereka menyesap kopi sachet di rumah, para elit meneguk kopi impor sambil tertawa membicarakan nasib bangsa seolah hanya permainan catur.
Namun, seperti kopi, pahitnya politik seharusnya bisa dinikmati bila diseduh dengan kejujuran. Sayangnya, terlalu banyak yang menambahkan pemanis buatan — janji palsu, citra bersih, dan drama pencitraan.
Barangkali, suatu hari nanti, kita bisa benar-benar menikmati “kopi politik” yang asli: pahitnya jujur, aromanya rakyat, dan hangatnya keadilan
Redaksi|Suarakyat.com
