banner 728x250

Media Sosial: Politik Jadi Tontonan, Rakyat Jadi Penonton

banner 120x600
banner 468x60

Media Sosial: Politik Jadi Tontonan, Rakyat Jadi Penonton

✍️ Penulis: Muhamad Sarman

banner 325x300

Suarakyat.com – 17 September 2025, Di bawah teriknya mentari, penulis mencoba mengekpresikan hasil pengamatan situasi di sekelilingnya. Nampak terdengar para pekerja bangunan yang meski sibuk mengaduk semen dan mengangkat batu, masih sempat berkelakar bercandabercerita soal politik. Pemandangan yang sama pernah di jumpai penulis di lampu exit tol Bawen, pedagang asongan yang menjajakan dagangan pun ikut nimbrung membicarakan tokoh-tokoh politik. Ironisnya, sebagian tokoh yang mereka elu-elukan justru terseret kasus korupsi.

Baca juga :

Bakti Sosial Kelenteng Hok Tek Bio Salatiga Bagikan 600 Paket Beras pada Peringatan King Ho Peng 2576/2025

Fenomena di media sosial saat ini memang lebih sering memperlihatkan kenyataan yang cukup unik. Yang tampak nyata, lini masa kita lebih banyak dipenuhi cerita politik ketimbang cerita rakyat. Anehnya, justru rakyatlah yang begitu antusias menikmatinya.

Bahkan, bukan hanya menonton. Rakyat ikut mengomentari, menyebarkan, hingga berdebat sengit di kolom komentar. Lebih lucunya lagi, perdebatan itu sering terjadi antar rakyat sendiri, hanya karena berbeda pilihan atau dukungan politik.

Politik Jadi Hiburan Baru

Di masa lalu, hiburan rakyat mungkin berupa tayangan televisi, musik, atau cerita sehari-hari tentang kehidupan desa dan kota. Namun kini, panggung politik telah menjelma menjadi tontonan massal. Segala gerak-gerik politisi—mulai dari pidato, manuver, hingga gosip pribadi—mudah sekali viral.

Rakyat Ikut Terseret

Fenomena ini bahkan merambah sampai ke lapisan rakyat kecil. Dari pekerja bangunan di proyek, pedagang asongan di lampu merah, hingga tukang parkir di pinggir jalan, semuanya bisa begitu bersemangat membicarakan tokoh politik yang diidolakan. Padahal, tokoh yang dielu-elukan itu pun tak jarang terseret dalam kasus korupsi.

Ada ironi di sini: rakyat yang sehari-hari berjuang keras untuk sesuap nasi, tetap saja mengeluarkan tenaga dan emosi demi membela tokoh politik yang sebenarnya jauh dari kehidupan nyata mereka.

Hilangnya Cerita Rakyat

Padahal, kisah-kisah rakyat tentang perjuangan ekonomi, gotong royong, atau masalah sosial di sekitar kita, jarang sekali mendapat ruang sebesar isu politik. Media sosial yang sejatinya bisa menjadi wadah berbagi pengalaman hidup, justru lebih sering jadi arena adu gengsi politik.

Catatan Kecil

Di sinilah letak ironi media sosial kita: politik tampil sebagai tontonan utama, rakyat larut dalam euforia, sementara cerita rakyat sendiri kian terpinggirkan. Pertanyaannya, sampai kapan rakyat mau terus jadi penonton, bukan jadi penggerak cerita?

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *