Mari JIBER (Ngaji Bersama) Menjaga Keikhlasan dalam Ibadah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqamah hingga akhir zaman.
Pembaca yang dirahmati Allah, Pada kesempatan kali ini, Rabu 30/4/2025 mari kita Ngaji Bersama (Ji – Ber) dengan Kang Botol Si Botak Tolol, Mari kita renungkan sejenak tentang dua jenis ibadah dalam Islam: ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang tata cara dan waktunya sudah ditentukan secara jelas oleh Allah dan Rasul-Nya. Contohnya seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Semuanya memiliki syarat, rukun, dan waktu tertentu yang harus dipenuhi agar ibadah tersebut sah.
Sementara itu, ibadah ghairu mahdhah adalah segala bentuk amal baik yang diniatkan karena Allah, meskipun tidak ada ketentuan khusus dalam syariat tentang tata caranya. Contohnya adalah bekerja mencari nafkah halal, membantu orang lain, menjaga lingkungan, hingga bersedekah dan berinfaq.
Namun, yang membedakan nilai ibadah di sisi Allah bukan hanya bentuknya, melainkan niat dan keikhlasannya.
Sering kali kita melihat orang yang rajin ke masjid, tapi bukan semata-mata karena Allah, melainkan karena ingin dipuji, ingin dilihat sebagai orang saleh, atau bahkan sekadar pencitraan.
Padahal, Rasulullah SAW telah memperingatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:
“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Seseorang bisa jadi tampak rajin beribadah mahdhah, tetapi jika tujuannya riya’ (ingin dipuji), maka amalnya bisa sia-sia di sisi Allah. Sebaliknya, orang yang bersedekah secara diam-diam, membantu fakir miskin, atau membersihkan jalan dari duri, bisa mendapat pahala besar karena keikhlasan niatnya.
Pembaca yang di rahmati Allah, Mari kita jaga hati kita agar tetap lurus dan bersih. Janganlah kita beribadah karena manusia, tapi karena Allah semata. Biarlah Allah yang menilai, bukan manusia. Karena di akhirat kelak, hanya niat dan keikhlasan yang akan menyelamatkan kita.
Wallahu a’lam bishawab. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.