banner 728x250

Jokowi dan Dominasi Politik: Antara Kekaguman dan Kekhawatiran

banner 120x600
banner 468x60

Jokowi dan Dominasi Politik: Antara Kekaguman dan Kekhawatiran

Oleh: Muhamad Sarman – Pegiat sosial dan penulis di Suarakyat.com

banner 325x300

Dalam obrolan-obrolan santai dengan warga kampung, satu nama yang terus muncul ketika ditanya soal siapa tokoh politik paling hebat di Indonesia adalah: Jokowi. Bukan Prabowo, bukan Megawati, apalagi tokoh partai lainnya. Nama Jokowi seakan menjadi jawaban tunggal dari masyarakat. Alasannya pun lugas dan sederhana: karena saat ini hampir tak ada ruang bagi politisi lain untuk bersinar. Bahkan PDI Perjuangan, partai besar yang dulu menaungi Jokowi, kini seolah tenggelam setelah “berpisah jalan” dengannya.

Saya tidak terkejut dengan jawaban itu. Sebagai orang yang hidup di tengah masyarakat bawah, saya bisa merasakan betapa kuatnya pengaruh personal Jokowi. Ia dianggap merakyat, tegas, dan visioner. Tapi di balik kekaguman itu, saya juga melihat satu gejala yang perlu dicermati: kekuasaan yang terkonsentrasi pada satu tokoh, bahkan setelah tak lagi menjabat.

Jokowi kini bukan sekadar mantan presiden. Ia adalah poros kekuasaan. Keberhasilannya “mengorbitkan” anak kandungnya sebagai wakil presiden adalah bukti konkret betapa besar daya pengaruhnya. Lebih dari itu, Jokowi seperti telah menciptakan semacam sistem kekuatan baru — di luar struktur formal partai politik.

Sebagai rakyat biasa, saya tentu bangga melihat ada pemimpin dari kalangan sederhana yang mampu menguasai panggung nasional. Tapi dalam demokrasi, dominasi satu figur yang terlalu besar juga bisa menjadi bumerang. Ketika semua arah politik bergantung pada satu orang, lalu di mana ruang bagi kaderisasi, oposisi, dan keberagaman pandangan?

Opini masyarakat yang menyebut Jokowi sebagai tokoh politik paling hebat saat ini memang tidak bisa dipandang remeh. Ia adalah cerminan dari realitas sosial dan politik hari ini. Namun sebagai warga yang peduli akan masa depan demokrasi, saya melihat pentingnya menjaga keseimbangan. Mengagumi Jokowi boleh, tapi jangan sampai kita abai terhadap pentingnya distribusi kekuasaan, regenerasi kepemimpinan, dan penguatan institusi.|Suarakyat.com

 

 

 

Disclaimer:
Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mewakili sikap redaksi Suarakyat.com secara keseluruhan. Pembaca bebas setuju ataupun tidak setuju, karena demokrasi dibangun atas dasar kebebasan berpikir dan berpendapat.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *