Ijazah dan Kepercayaan Publik: Mengapa Hal ‘Remeh’ Tak Kunjung Selesai?

Suarakyat.com – (30/5/2025) – Renungan pagi sebagai teman ngopi mari kita “Ngudoroso” (mengungkapkan perasaan atau pikiran secara jujur dan terbuka) Bahwa di tengah derasnya arus informasi dan hiruk-pikuk politik nasional, satu isu yang terus menggelinding seperti bola salju adalah dugaan keabsahan ijazah presiden Joko Widodo. Isu yang bagi sebagian orang dianggap “remeh temeh” ini justru menjadi bahan perdebatan panjang, dari warung kopi di kampung hingga ruang-ruang diskusi elit.
Rakyat akar rumput hanya bisa menggeleng, bertanya-tanya: “Katanya banyak orang pintar di negeri ini, kok menyelesaikan hal seperti ini saja bertele-tele?” Bukan perkara mereka tak paham hukum, bukan pula karena mereka mudah terhasut. Tapi ketika suatu hal yang tampak sederhana tidak kunjung diberi kejelasan, maka wajar jika kepercayaan publik mulai goyah.
Ada yang bilang, “Ini bukan isu penting, terlalu sepele untuk dibahas.” Namun faktanya, tak juga selesai. Kalau memang tidak penting, kenapa negara dan aparat tampak repot? Kalau memang tak perlu dibahas, kenapa rakyat terus bertanya?
Rakyat sederhana tak menuduh, mereka hanya ingin kepastian. Karena bagi mereka, seorang pemimpin haruslah bersih, jujur, dan terang. Dan kalau benar isu ini tak berdasar, seharusnya bisa diselesaikan dalam satu hari oleh orang-orang yang katanya hebat.
Percaya atau tidak, rakyat kecil masih punya satu pegangan: Joko Widodo adalah orang hebat. Tapi justru karena itulah, mereka berharap sang pemimpin memberi contoh, bukan membiarkan polemik tumbuh liar seperti rumput liar di halaman rumah.
Dalam demokrasi, kepercayaan adalah fondasi. Dan kepercayaan hanya bisa tumbuh jika keterbukaan dikedepankan. Bukan dengan saling menyalahkan, bukan pula dengan meremehkan suara rakyat. |Editor|MSar|Suarakyat.com
Disclaimer:
Artikel dan Gambar ini bersifat ilustratif dan tidak ditujukan untuk menuduh atau menyudutkan pihak manapun secara pribadi. Tema “ijazah palsu” diangkat sebagai bagian dari ekspresi keresahan publik atas isu yang berkembang di masyarakat. Setiap kemiripan dengan individu atau kejadian nyata hanyalah kebetulan semata.