Editorial Suarakyat.com
“Ijazah, Sertifikat, dan Kewarasan Publik”
Dalam sebuah podcast yang disiarkan oleh Delynews, Gus Nur—Menyampaikan perumpamaan yang sederhana, tapi mengena soal keaslian “Sertifikat”. Dengan gaya khasnya, Gus Nur berkata:
> “Saya periksa sertifikat itu pakai mata lahir dan mata batin. Kalau nurani saya bilang asli, saya berani ngomong ke publik: ini asli. Dan saya siap bertanggung jawab. Bukan karena dibayar, tapi karena saya nggak mau diam kalau lihat kebohongan.”
— Gus Nur, Podcast Delynews
Pernyataan ini bukan sekadar opini, tetapi gambaran keberanian moral dalam menyampaikan kebenaran yang diyakini. Gus Nur tidak sedang memihak siapa pun, tapi menunjukkan bagaimana nalar dan hati bisa digunakan secara jujur dalam menilai sesuatu.
Perumpamaan itu sejatinya menggambarkan cara kita seharusnya menyikapi isu besar yang sedang ramai—seperti kontroversi ijazah seorang tokoh publik. Isu ini menimbulkan perdebatan tajam antara yang percaya dan yang meragukan. Di balik hiruk-pikuk itu, tak sedikit energi, biaya, bahkan relasi sosial yang dikorbankan. Ironisnya, justru pihak-pihak tertentu mungkin sedang menikmati “keuntungan” dari keributan ini.
Publik perlu diingatkan: tidak ada “makan siang gratis” di dunia politik. Jika ada yang menggerakkan isu ini dengan masif, tentu ada biaya. Dan jika ada biaya, pasti ada tujuan. Pertanyaannya: siapa yang benar-benar diuntungkan? Apakah rakyat, atau segelintir elit yang bermain di balik layar?
Suarakyat.com berpandangan bahwa kebenaran tidak harus dicari dengan kegaduhan. Jika memang ada keraguan atas dokumen atau ijazah, serahkan kepada proses hukum dan lembaga yang sah. Jangan biarkan opini liar mendominasi narasi tanpa dasar yang kuat.
Lebih dari itu, rakyat harus tetap menjaga akal sehat. Jangan mudah dipecah belah, apalagi diperalat oleh kepentingan yang tidak berpihak pada kita. Demokrasi hanya akan sehat jika rakyatnya berpikir waras, bersuara jujur, dan berpijak pada nalar, bukan sekadar emosi.
Mari jaga kewarasan publik. Karena suara rakyat yang cerdas adalah benteng terakhir dari demokrasi yang sehat.
Redaksi Suarakyat.com
Bersama Suara Rakyat, Kita Kuat.