80 Tahun Indonesia Merdeka — “Merdeka, Merdeka, Merdeka…..!!!!”.

Suarakyat.com – Boyolali, 14 Agustus 2025, Tiga hari lagi, bendera merah putih akan berkibar di setiap sudut negeri. Upacara, lomba, arak-arakan, dan gegap gempita akan mengisi langit Indonesia. Kita mengenang 80 tahun lalu, saat para pejuang mempertaruhkan nyawa, harta, dan masa depan demi satu kata yang begitu mahal: “Merdeka”.
Tapi, di tengah peringatan itu, muncul pertanyaan yang menggantung di dada rakyat miskin yang populer disebut wong cilik, yang setiap ada event pilihan di butuhkan suaranya:
“Delapan puluh tahun merdeka, kami bisa apa? Kami dapat apa?”
Baca juga:
APTIKNAS Pamer Teknologi Kota Cerdas di IISMEX 2025, Gratis untuk Umum!
BangsaIndonesia pernah dijajah bangsa asing, kini kami sebagai kawulo Alit wong cilik, merasa dijajah keadaan. Harga sembako terus melambung, lapangan kerja semakin sempit, tanah-tanah produktif berubah jadi beton dan properti elit, sementara petani, nelayan, buruh, pedagang kecil masih harus berjuang sekadar untuk bertahan hidup.
Merdeka seharusnya berarti bebas dari penindasan dan kemiskinan. Namun, di hadapan realitas, rakyat kecilwong cilik justru menyaksikan segelintir elite mulai dari pemerintahan desa yang dalam cengkraman politik sibuk berebut kursi, berebut proyek, dan berebut kekuasaan, seolah kemerdekaan adalah milik mereka, milik keluarga mpok tertentu bukan milik seluruh bangsa.
Delapan puluh tahun lalu, darah dan air mata dibayar demi masa depan. Sekarang, air mata rakyat kecil masih mengalir—bukan karena ditembak penjajah, tapi karena harga kebutuhan pokok tak terjangkau, biaya pendidikan yang sangat tinggi untuk masuk di perguruan tinggi, kesehatan membebani, kebijakan sering tak berpihak pada yang lemah.tapi apapun itu rakyat kecil tetap semangat Merdeka, Merdeka, Merdeka.
Baca juga:
Debat Publik: Antara Pencerahan dan Kebisingan
Peringatan kemerdekaan tahun ini adalah yang je 80 tahun, usia yang seharusnya sudah matang, dan menjadi cermin, bukan sekadar seremonial. Kemerdekaan bukan hanya soal mengibarkan bendera, tapi bagaimana memastikan setiap rakyat dapat menikmati haknya untuk hidup layak. Karena merdeka yang sejati adalah ketika semua orang bisa tersenyum, bukan hanya mereka yang duduk atau berada dalam kursi kekuasaan.
80 tahun Indonesia merdeka. Pertanyaannya adalah “Bukan lagi kita sudah merdeka atau belum” Tetapi, merdeka ini untuk ….Siapa?… Salam Nalar Akal Waras Merdeka…!
Disclaimer:
Tulisan ini merupakan opini publik yang mencerminkan pandangan dan kegelisahan sebagian masyarakat. Narasi ini disusun untuk tujuan refleksi dan peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Isi tulisan tidak mewakili pandangan resmi pemerintah, lembaga, atau organisasi mana pun, dan dimaksudkan sebagai ajakan untuk bersama-sama memperbaiki kondisi bangsa demi kemerdekaan yang benar-benar dirasakan seluruh rakyat.