Mulut Yang bebas Bersuara dan Anus Yang Pakem Bersuara: Mana yang Lebih Jujur, Bau Mulut atau Bau Kentut.
Suarakyat.com – 18 Agustus 2025, Dalam keseharian, kita sering mendengar sindiran khas Jawa yang terdengar kasar, namun jika direnungi justru penuh makna. Salah satunya adalah perbandingan antara cangkem (mulut) dan silit (anus).
Mulut bisa berbicara apa saja: kata manis, kata pahit, janji, rayuan, bahkan kebohongan. Mulut pandai bersilat lidah, mengubah sesuatu yang salah seolah benar, yang pahit terasa manis, bahkan yang merugikan bisa tampak menguntungkan. Dengan mulut, manusia bisa menutupi kenyataan dan memoles kebohongan hingga terlihat indah.
Baca juga :
Renungan 80 Tahun Kemerdekaan: Negara Republik Indonesia.
Berbeda dengan anus. Ia sering dianggap rendah, hina, dan tidak layak diperbincangkan. Namun, justru di situlah letak kejujuran. Suaranya khas, tak bisa dimanipulasi. Bau yang keluar pun apa adanya, tak bisa dipoles menjadi harum. Ia jujur sepenuhnya, keluar sesuai dengan kenyataan.
Sindiran ini mengingatkan kita bahwa kadang kala kebenaran justru datang dari tempat yang sederhana, bahkan dari sesuatu yang sering diremehkan. Sebaliknya, kebohongan sering kali lahir dari sesuatu yang tampak mulia, berwibawa, bahkan terhormat.
Pelajaran yang bisa kita ambil: jangan mudah terpesona dengan kata-kata manis. Lebih baik menghargai sesuatu yang apa adanya, meski sederhana dan tak indah, daripada terjebak dalam keindahan palsu yang menipu.
Pada akhirnya, pertanyaan itu kembali ke diri kita: apakah kita lebih memilih jadi mulut yang pandai berbicara, atau jadi “silit” yang meski sederhana tapi jujur apa adanya?
Disclaimer:
Tulisan ini menggunakan istilah kasar yang umum dikenal dalam budaya Jawa, bukan untuk menghina atau merendahkan, melainkan sebagai bentuk satire dan refleksi. Segala perbandingan yang digunakan hanyalah kiasan untuk menyampaikan pesan moral tentang kejujuran.