Rezeki Sudah Ditentukan, Tinggal Bagaimana Kita Menyikapinya
Oleh: Sugiyarno, SH.
Banyak orang rela bekerja keras dari pagi hingga malam. Berangkat saat hari masih gelap, pulang pun ketika malam kembali menyelimuti. Tubuh lelah, tenaga terkuras, tapi hasil yang didapat terasa tidak sebanding. “Mengapa rezekiku segini-segini saja?” mungkin begitu keluhan yang sering terucap.
Padahal, dalam keyakinan kita sebagai hamba Allah, rezeki seseorang sudah ditetapkan sejak ia diciptakan. Rezeki itu akan terus mengalir sampai ajal menjemput. Besarnya pun telah diukur dengan sangat adil—satu miliar, dua miliar, bahkan 100 miliar—semua sesuai dengan takaran Allah.
Mau bekerja apapun, menjadi guru, pedagang, karyawan, bahkan pebisnis, pada akhirnya rezeki yang diterima tidak akan keluar dari batas yang sudah ditetapkan. Sebab, Allah mendesain rezeki kita bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan dunia, tetapi untuk maslahat kehidupan—agar kita lebih dekat kepada-Nya.
Masalahnya, kita sering kali terlalu sibuk mengejar dunia, lupa hakikat dari rezeki itu sendiri. Kita mengira kerja keras tanpa arah spiritual akan membawa keberkahan lebih. Padahal, jika niat dan arah hidup tidak kita luruskan, justru Allah akan membiarkan kita lelah dalam pencarian itu. Dalam kelelahan itu, tidak akan ada tambahan apapun kecuali apa yang memang sudah menjadi bagian kita.
Oleh karena itu, bukan berarti kita tidak boleh bekerja keras, tapi kita perlu bijak dan sadar: rezeki bukan hanya soal jumlah, tapi juga soal keberkahan dan tujuan. Belajarlah untuk mengelola dan menggunakan rezeki itu dengan baik, sesuai dengan yang Allah kehendaki, agar hidup ini lebih tenang dan bermakna.(MSar|Suarakyat.com)