banner 728x250

Jangan jadikan Rukun Tetangga (RT) sebagai alat kepentingan Pencitraan Pribadi, Kelompok atau Politik praktis.

banner 120x600
banner 468x60

Jangan jadikan Rukun Tetangga (RT) sebagai alat kepentingan Pencitraan Pribadi, Kelompok atau Politik praktis.

Rukun bertetangga (RT) adalah salah satu prinsip dasar kehidupan dalam bermasyarakat yang tak pernah lekang oleh waktu. Dalam keseharian, hubungan baik dengan tetangga menjadi fondasi kokoh terciptanya lingkungan yang aman, damai, dan saling mendukung. Di Indonesia, nilai ini sangat dijunjung tinggi, bahkan diatur dalam norma sosial dan adat istiadat yang diwariskan turun-temurun.

Menariknya, konsep rukun bertetangga (RT) bukan hanya milik budaya kita. Di Jepang, misalnya, dikenal istilah Tonarigumi yang mengacu pada sistem gotong-royong antar tetangga yang sudah berlangsung sejak zaman feodal. Hal ini menunjukkan bahwa menjaga hubungan baik dengan orang-orang terdekat secara geografis adalah kebutuhan sosial universal.

banner 325x300

Namun, keharmonisan ini kadang terusik, terutama ketika musim politik tiba. Realita di lapangan menunjukkan bahwa struktur masyarakat seperti RT (Rukun Tetangga), yang sejatinya berfungsi sebagai alat pemersatu warga, justru kerap dimanfaatkan sebagai mesin suara oleh para politikus. Praktik ini menimbulkan potensi perpecahan, karena perbedaan pilihan politik dapat merembet ke dalam hubungan personal antarwarga.

Dalam konteks ini, peran Ketua RT menjadi sangat penting. Ketua RT seharusnya berdiri netral dan fokus pada tugas pokoknya sebagai pelayan masyarakat, dibawah kendali pemerintah Desa, bukan perpanjangan tangan kelompok politik tertentu, etikanya tidak semua pihak pribadiatau kelompok bisa mengendalikan untuk menyalurkan kepentingannya mesti itu bertujuan baik. Ketua RT jangan ditarik-tarik ke dalam kepentingan kelompok atau pribadi jika tidak ada penugasan resmi dari pemerintah desa. Menjaga kepercayaan warga jauh lebih bernilai daripada keterlibatan dalam agenda-agenda kelompok, pribadi, dan politik yang justru dapat merusak keharmonisan lingkungan.

Sudah saatnya semua pihak, baik warga maupun para penggiat politik, kembali menempatkan nilai-nilai rukun bertetangga di atas kepentingan sesaat. Jangan jadikan RT sebagai alat kepentingan pribadi atau politik praktis, tapi rawatlah ia sebagai simpul kebersamaan hidup dalam lingkungan bermasyarakat.

Kepentingan kelompok, kepentingan pribadi, dan Pemilu, itu sifatnya datang dan pergi, tapi tetangga adalah mereka yang akan selalu ada di sekitar kita. Maka menjaga rukun bertetangga bukan sekadar pilihan, melainkan keharusan demi menjaga keutuhan sosial di tengah keberagaman. Salam Nalar Akal Waras. (MSar|Suarakyat.com)

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *