banner 728x250

Negeri yang Papan Caturnya Dikuasai Satu Pemain

banner 120x600
banner 468x60

Negeri yang Papan Caturnya Dikuasai Satu Pemain

Oleh: Muhamad Sarman|Suarrakyat.com

banner 325x300

Dalam permainan catur, semua orang tahu bahwa ini adalah duel adu strategi antara dua pihak. Saling membaca gerak, saling menakar langkah. Namun bagaimana bila papan catur hanya dimainkan oleh satu orang saja? Maka seluruh permainan berubah. Tidak ada keseimbangan, tidak ada tantangan, dan yang lebih mengerikan: tidak ada keadilan.

Analogi ini bukan untuk permainan semata. Ini tentang negeri ini. Tentang bagaimana kekuasaan yang semestinya dijalankan bersama, kini tampak seperti dikendalikan oleh satu tangan. Rakyat yang seharusnya menjadi “pion” yang berdaulat, kini seolah hanya bidak yang digerakkan semaunya. Bahkan “kuda” yang memiliki aturan unik dalam melangkah pun kini bisa dipaksa untuk berjalan menyimpang—asal sesuai dengan kehendak sang pemain tunggal.

Semua bidak ditentukan arahnya. Siapa yang harus maju, siapa yang dikorbankan, siapa yang diam, siapa yang bersuara. Bila ada bidak yang dianggap mengganggu jalannya skenario, maka akan “dimakan”, disingkirkan secara halus atau kasar.

Sementara rakyat hanya bisa menonton dari luar papan. Tidak diberi giliran. Tidak diajak bicara. Padahal negeri ini bukan panggung satu orang. Ini rumah bersama. Catur kekuasaan seharusnya dimainkan oleh dua sisi: penguasa dan pengontrol kekuasaan—yakni rakyat itu sendiri, melalui mekanisme demokrasi yang adil.

Bila kekuasaan tak lagi punya lawan main, maka yang tersisa hanya tirani berkedok permainan. Negeri pun menjadi ajang manipulasi, bukan lagi arena pengabdian.

Saatnya rakyat bertanya: apakah kita akan terus menjadi pion yang diam? Atau mulai bersuara, mengembalikan keseimbangan pada papan yang telah dikuasai terlalu lama oleh satu tangan?

 

Disclaimer:
Tulisan ini adalah opini pribadi penulis dan tidak selalu mencerminkan sikap resmi redaksi Suarakyat.com. Setiap bentuk analogi dan perumpamaan dalam artikel ini bertujuan untuk menyampaikan pandangan secara simbolik, bukan untuk menyerang individu atau kelompok secara langsung. Kebebasan berpendapat adalah bagian dari demokrasi, dan kritik adalah bentuk cinta pada negeri.

 

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *