KULTUM: Berdoa untuk Negeri dan Refleksi Diri — Mengapa Petaka Datang Silih Berganti,.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah kita berjumpa lagi dengan Kang BOTOL (Si Botak Tolol) dalam acara JI- BER (Nga-JI – BER-sama, dengan tema “Berdoa untuk Negeri dan Refleksi Diri — Mengapa Petaka Datang Silih Berganti,”
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan dalam amanah dan kejujuran.
Pembaca yang dirahmati Allah, Mari kita renungkan nasib negeri kita. Negeri yang kaya akan sumber daya, tetapi tampak miskin dalam keadilan dan kejujuran. Musibah datang silih berganti — bencana alam, krisis moral, kesenjangan ekonomi — seakan tak pernah berhenti. Dan, setiap lima tahun sekali kita selalu mendengar kata tentang perubahan, tentang kesejahteraan dari para politisi, sedangkan yang nampak nyata pasca pilihan, kita masih biasa biasa saja sementara sebagian para pemangku kuasa tetap nyaman, tetap tersenyum dihadapan rakyatnya.
Allah SWT berfirman dalam Surah Ar-Rum ayat 41: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Pembaca yang di rahmati Allah, Kerusakan itu bukan hanya karena alam, tapi juga karena hilangnya rasa takut kepada Allah dalam memimpin. Kita menyaksikan banyak kezaliman, penyalahgunaan kekuasaan, dan bahkan belakangan ini, isu serius tentang dugaan ijazah palsu yang menyeret tokoh penting negeri ini.
Ini bukan perkara sepele. Dalam Islam, amanah dan kejujuran adalah syarat utama seorang pemimpin. Jika benar memiliki ijazah, tunjukkanlah dengan jantan. Selesai. Itu kesatria. Jika tidak, maka segeralah mundur dan bertobat sebelum Allah sendiri yang membongkar aib di hadapan umat.
Jangan biarkan rakyat terbelah karena satu persoalan yang sebenarnya bisa selesai dengan cara yang sangat sederhana: kejujuran.
Pembaca yang di rahmati Allah, Ketika rakyat dibuat bingung, ketika hukum terlihat tumpul ke atas dan tajam ke bawah, maka yang harus kita lakukan sebagai umat adalah memperbanyak doa dan muhasabah. Kita mungkin bukan penguasa, tapi kita adalah rakyat yang punya tanggung jawab moral untuk tidak diam dalam kebatilan.
Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya manusia yang paling keras siksanya di hari kiamat adalah pemimpin yang curang.” (HR. Ahmad)
Maka, mari kita memohon kepada Allah agar negeri ini diselamatkan dari para pemimpin yang tidak amanah, dan agar bangsa ini tidak terus-menerus dililit bencana lahir dan batin.
Ya Allah, berikanlah kepada pemimpin-pemimpin kami hati yang bersih dan takut kepada-Mu. Jika mereka khianat terhadap rakyat, maka ganti mereka dengan yang lebih jujur dan layak.
Mari kita jadikan JI – BER (Ngsji Bersama) ini sebagai titik balik — memperkuat doa, memperbaiki diri, dan mengingatkan siapa pun yang memimpin bahwa jabatan itu amanah, bukan tameng untuk menyembunyikan kebohongan. Negeri ini milik kita bersama, jangan biarkan terpecah hanya karena segelintir orang yang tak jujur. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.(MSar|Suarakyat.com)