Debat itu tempat Uji Gagasan, dan Pasar Gagasan, Bukan Pencitraan.
Suarakyat.com (13/5/2025) – Ajang debat politik sering kali hanya dianggap sebagai tontonan. Rakyat hanya jadi penonton setia, Parahnya lagi, debat sering berubah jadi adu mulut, saling serang pribadi, dan miskin solusi. Wajar bila rakyat jadi bingung dan bertanya-tanya: ‘Apa gunanya berdebat bagi nasib rakyat?”
Padahal, kalau dijalankan dengan baik, debat adalah jantungnya demokrasi. Ia bukan sekadar panggung pencitraan, tapi tempat menguji gagasan dan niat para pemimpin. Debat memberi ruang bagi rakyat untuk menilai siapa yang benar-benar paham masalahnya rakyat, siapa yang punya visi, dan siapa yang hanya pandai bicara.
Debat itu seperti pasar gagasan. Di sana, setiap calon harus menjual ide terbaiknya. Rakyat, sebagai pembeli ide, bisa memilih mana yang paling masuk akal, bukan sekadar yang paling lantang keras bicaranya. Tanpa debat, rakyat hanya akan diberi janji sepihak, tanpa bisa tahu mana yang sungguh-sungguh dan mana yang hanya sekadar pencitraan.
Namun, memang tak bisa dipungkiri: mutu debat belakangan ini sering mengecewakan rakyat. Terlalu banyak drama, terlalu sedikit solusi. Di sinilah letak masalahnya. Bukan debatnya yang salah, tapi cara debat itu dijalankan.
Maka perlu perbaikan dalam format, moderator, dan aturan main agar debat kembali menjadi tempat yang mendidik, bukan membingungkan rakyat.
Rakyat jangan hanya puas dengan tepuk tangan, karena pendebat yang di sukai bisa melawan atau menaklukkan lawan debatnya, ?bicara harus diajak melek politik, bukan dibuat jenuh. Debat harus bisa menjawab pertanyaan: “Apa yang akan Anda lakukan untuk memperbaiki hidup kami?” Bukan hanya “Siapa yang paling pandai menyerang lawan?”
Akhirnya, debat bukan ujung dari perubahan, tapi bisa menjadi awalnya. Dari debat yang baik, rakyat bisa mulai percaya bahwa politik bisa dibangun lewat ide, bukan hanya intrik.(Penulis: MSar|Suarakyat.com)