NGUDOROSO KAHANAN NEGORO…!!!
Ngudoroso” dalam bahasa Jawa memiliki arti menyampaikan atau mengemukakan pendapat, perasaan, atau pengalaman yang ada di dalam hati secara terbuka dan jujur. Istilah ini sering digunakan dalam konteks percakapan yang mendalam atau diskusi, di mana seseorang berbagi pengalaman pribadinya dengan orang lain.
Suarakyat.com, Sabtu (31/5/2025) – Rakyat kecil itu sebenarnya tidak terlalu ambil pusing dengan keributan yang tiap hari muncul di media sosial. Mau siapa yang disindir, siapa yang debat, siapa yang saling lapor, bagi kami tidak terlalu penting. Yang penting, dapur tetap ngebul, anak bisa sekolah, dan hidup bisa jalan terus.
Tapi, belakangan ini kok rasanya makin berat. Harga-harga naik, penghasilan segitu-gitu aja. Listrik, air, BBM, berasโsemuanya naik pelan-pelan, tapi pasti. Sementara yang kami lihat di berita, para pejabat korupsi terus jalan, elit politik rebutan kekuasaan, dan orang-orang pintar sibuk merasa paling benar sendiri. Kami rakyat kecil cuma bisa geleng-geleng kepala.
Kalau semua pihak mau jujur, Indonesia ini sedang tidak baik-baik saja. Dan itu bukan narasi pesimis, itu fakta. Mari kita ngudoroso, menyampaikan isi hati dengan jujur, tanpa embel-embel kepentingan.
๐๐ค๐ง๐ช๐ฅ๐จ๐ ๐๐ ๐๐ง๐ ๐ ๐ค๐ ๐ค๐ฌ๐: ๐๐๐ช ๐ฟ๐๐๐ ๐ช๐ ๐๐ฉ๐๐ช ๐๐๐๐๐ , ๐๐ฉ๐ช ๐๐๐ ๐ฉ๐
Selama pemerintahan Presiden Jokowi, kita menyaksikan banyak pembangunan fisik: jalan tol, bandara, pelabuhan. Tapi di balik itu, kasus korupsi besar justru makin sering muncul. Dana bansos disikat, APBD disunat, proyek fiktif di sana-sini. Bahkan penegak hukum pun ikut bermain. Itu fakta, bukan karangan. Rakyat kecil cuma bisa gigit jari sambil bertanya: sampai kapan?
๐๐ง๐๐ฃ๐-๐๐ง๐๐ฃ๐ ๐๐๐ฃ๐ฉ๐๐ง ๐๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐ช๐ ๐ฝ๐๐ง๐๐๐ช๐ฉ ๐ฝ๐๐ฃ๐๐ง
Yang bikin tambah nelangsa, justru orang-orang terpelajar yang mestinya jadi panutan malah ikut-ikutan. Alih-alih jadi penyejuk, mereka ikut bikin gaduh. Masing-masing merasa paling benar, saling sindir, saling hujat, padahal rakyat butuh solusi, bukan debat.
Seolah-olah bangsa ini sudah kehilangan arah: pemimpinnya sibuk pencitraan, pengamatnya sibuk debat, dan rakyatnya sibuk bertahan hidup.
๐๐๐ข๐ ๐ฝ๐ช๐ฉ๐ช๐ ๐๐๐ข๐๐ข๐ฅ๐๐ฃ ๐ฎ๐๐ฃ๐ ๐๐๐ช ๐๐๐ฃ๐๐๐ฃ๐๐๐ง
Kami rakyat kecil tidak butuh janji, tidak perlu pidato panjang. Kami butuh telinga yang mau mendengar dan tangan yang mau bekerja. Kami ingin Indonesia yang lebih adil, hukum yang tajam ke atas dan ke bawah sama rata, serta hidup yang layak untuk anak cucu kami.
๐๐๐ง๐ ๐๐๐ข๐๐๐ก๐๐ ๐๐ฃ ๐ผ๐ ๐๐ก ๐๐๐๐๐ฉ
Sudah saatnya bangsa ini ngudoroso secara terbuka. Jujur pada keadaan, bukan saling tutup mata. Negeri ini besar dan kaya, tapi sayangnya tidak semua bisa menikmati. Kalau elite terus bertengkar, siapa yang mikir rakyat?
Ngudoroso bukan cuma mengeluh, tapi mengajak sadar. Sadar bahwa perubahan hanya bisa terjadi kalau kita semua jujurโterutama para pemimpin dan kaum terdidik. Jangan lagi rebutan benar, tapi rebutan solusi untuk rakyat.
Salam dari bawah, dari kami yang tidak punya panggung tapi tetap cinta negeri ini.[Editor|MSar|Redaksi Suarakyat.com]
DISCLAIMER:
Tulisan ini merupakan bentuk ngudoroso atau curahan hati rakyat arus bawah yang disampaikan secara jujur dan terbuka. Tidak dimaksudkan untuk menyerang pihak mana pun, melainkan sebagai ajakan untuk bersama-sama melihat kondisi bangsa dengan akal sehat dan hati nurani. Jika ada yang merasa tidak nyaman, itu bukan karena tulisan ini menyudutkan, tapi karena realita kadang memang menyakitkan.