Hikmah Idul Adha di Tengah Polemik Dugaan Ijazah Palsu
Hari-hari ini, bangsa Indonesia berada dalam suasana yang kontras: di satu sisi memasuki momentum spiritual Idul Adha yang sarat hikmah pengorbanan dan keikhlasan, di sisi lain disibukkan oleh hiruk-pikuk polemik dugaan ijazah palsu yang menyeret perhatian publik. Sebuah ironi yang mencerminkan betapa kompleksnya wajah kebangsaan kita hari ini.
Sepuluh tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo telah membawa atmosfer luar biasa dalam berbagai aspek pembangunan. Ada lompatan infrastruktur, digitalisasi pelayanan publik, dan berbagai program populis. Namun tak bisa dimungkiri, masih ada sebagian masyarakat yang menaruh keraguan dan kritik keras terhadap kepemimpinan ini. Ketidakpercayaan itu bukan muncul tanpa alasan: korupsi masih menggurita, ketimpangan sosial belum reda, dan hukum kerap terasa tajam ke bawah, tumpul ke atas.
Tentu saja, semua itu tidak seharusnya mengikis kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia. Justru dari kepedihan dan permasalahan inilah semestinya lahir semangat untuk memperbaiki, bukan sekadar mencaci atau membela membabi buta. Apalagi, perdebatan yang kini berkembang di ruang publik lebih sering menjurus ke debat kusir: penuh retorika, minim substansi, dan tidak mendidik.
Idul Adha mengajarkan kita arti pengorbanan yang tulus—bukan sekadar menyembelih hewan kurban, tetapi juga menyembelih ego, nafsu kekuasaan, dan kebencian yang tak berdasar. Sudah saatnya para elit, politisi, tokoh publik, dan semua pihak yang memiliki panggung, mengakhiri perdebatan yang hanya menguras energi bangsa. Rakyat sudah terlalu lelah dijejali tontonan yang tidak mencerdaskan. Yang dibutuhkan sekarang adalah keteladanan, bukan adu nyaring suara.
Mari jadikan Idul Adha tahun ini sebagai momen perenungan: bahwa bangsa ini terlalu besar untuk terus dikerdilkan oleh polemik tak berkesudahan. Mari bangkit bersama, dengan semangat keikhlasan dan pengabdian yang sesungguhnya, demi masa depan generasi yang lebih sehat secara moral dan mental.
Redaksi Suarakyat.com