HIK: Hidangan Istimewa Kampung Tempat Rakyat Menumpahkan Isi Kepala

Boyolali, Suarakyat.com (21/6/2025) – Di tengah derasnya arus informasi dan riuhnya panggung politik nasional, rakyat kecil tetap punya tempatnya sendiri untuk bersuara. Bukan di studio debat televisi, bukan di gedung parlemen, tapi di warung tenda sederhana bernama HIK – Hidangan Istimewa Kampung. Di sinilah semua cerita bermuara, mulai dari harga sembako, gosip tetangga, sampai isu ijazah palsu para elit.
Salah satu yang cukup dikenal di kawasan Desa Butuh Mojosongo adalah HIK Tiga Putra milik Pak Marwoto, seorang tokoh masyarakat sekaligus anggota ormas yang dikenal lugas dan terbuka. Warung tenda sederhana ini tidak hanya menyajikan wedang jahe, sate usus, dan nasi kucing, tapi juga menyuguhkan obrolan-obrolan panas yang bisa membuat siapa pun lupa waktu.
“HIK itu seperti parlemen rakyat kecil,” ujar Pak Marwoto sambil menuang kopi ke gelas plastik. “Yang nggak kebagian panggung di TV, bisa debat di sini.”
Di meja panjang beralas terpal itu, rakyat bicara blak-blakan. Ada yang sok tahu soal politik, sok bersih seolah paling suci dari korupsi, ada pula yang dengan polos menebar isu—entah benar atau sekadar kabar burung dari grup WhatsApp keluarga.
Topik yang lagi hangat minggu ini adalah isu ijazah palsu yang menyeret sejumlah tokoh publik. Di HIK Tiga Putra, perdebatan itu menjadi santapan malam. Ada yang membela, ada yang mengecam, ada pula yang dengan sinis berkata, “Lha wong ijazah asli wae ora menjamin ora korupsi.”
Obrolan di HIK menggambarkan bahwa rakyat sebenarnya melek politik, hanya saja suara mereka sering kali tidak terdengar. HIK menjadi tempat “gedabrus” yang jujur—tempat menggerutu, menyindir, bahkan merumuskan harapan meski dalam bentuk canda.
Apa yang terjadi di warung HIK menunjukkan bahwa demokrasi itu tidak hanya soal kotak suara lima tahun sekali. Demokrasi hidup dan tumbuh di bawah tenda plastik, di atas bangku kayu, dan di antara kepulan asap wedang ronde. HIK adalah panggung tanpa kamera, tanpa make-up, tapi penuh makna.
Jadi, kalau ingin tahu arah angin politik dari perspektif akar rumput, datanglah ke HIK. Di sana, lidah rakyat tak dibungkam, dan kritik disampaikan sambil menikmati tempe bacem dan gorengan.[Editor|MSar|Suarakyat.com