banner 728x250

Opini: Swakelola Proyek Sekolah: Jalan Tengah Antara Efisiensi dan Pemberdayaan

banner 120x600
banner 468x60

Swakelola Proyek Sekolah: Jalan Tengah Antara Efisiensi dan Pemberdayaan

Suarakyat.com – (29/6/2025) Pemerintah kini makin gencar menerapkan sistem swakelola dalam pelaksanaan proyek infrastruktur, termasuk pembangunan gedung sekolah. Skema ini di yakini menjadi alternatif dari sistem tender yang selama ini dikuasai oleh kontraktor besar. Dalam swakelola, pemerintah ingin melibatkan langsung masyarakat atau lembaga lokal sebagai pelaksana proyek, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan.

Di sejumlah daerah, menganggap pendekatan ini membawa dampak positif. Tak hanya efisiensi anggaran, tapi juga terasa manfaat sosialnya. Masyarakat merasa lebih dilibatkan, lebih peduli, bahkan lebih bangga karena turut membangun fasilitas pendidikan di wilayahnya sendiri.

banner 325x300

“Ini bangunan sekolah bukan sekadar proyek. Ini bagian dari gotong royong kami,” ujar salah satu warga yang pekerjaannya di bidang bangunan, yang terlibat dalam pembangunan sekolah melalui swakelola.

𝙏𝙖𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙙𝙞 𝙇𝙖𝙥𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣: 𝙆𝙚𝙥𝙖𝙡𝙖 𝙎𝙚𝙠𝙤𝙡𝙖𝙝 𝙏𝙚𝙠𝙚𝙣 𝙆𝙤𝙣𝙩𝙧𝙖𝙠?

Namun, pelaksanaan sistem swakelola juga menyimpan potensi 𝙠𝙤𝙣𝙛𝙡𝙞𝙞 𝙠𝙚𝙥𝙚𝙣𝙩𝙞𝙣𝙜𝙖𝙣. Salah satu titik rawan adalah ketika kepala sekolah harus menandatangani kontrak kerja sama dengan pelaksana kegiatan — yang seringkali adalah warga, tetangga, bahkan kerabat sendiri, yang belum tentu menguasai secara total tentang bangunan.

Secara administratif, kepala sekolah bertanggung jawab atas pengelolaan dana. Tetapi dalam praktiknya, ia juga diminta menandatangani dokumen pelaksanaan proyek swakelola. Nah, di situasi ini bisa menimbulkan tekanan moral dan dilema etis. Apalagi jika muncul 𝙗𝙞𝙨𝙞𝙠 𝙗𝙞𝙨𝙞𝙠 dari berbagai kepentingan, dan soal kedekatan personal dengan pelaksana, belum lagi ada tekanan dan titipan.

“Kalau kepala sekolah disuruh teken kontrak dengan pelaksana yang juga teman dekat atau keluarga, itu rawan. Bisa saja muncul tuduhan pilih kasih atau pembiaran jika ada penyimpangan,” Bahasa ini muncul dari hasil wawancara dengan seorang guru senior yang pernah terlibat dalam proyek serupa.

Dalam banyak kasus, kepala sekolah berada di posisi sulit — antara menjaga amanah dan menjaga hubungan sosial di lingkungannya. Tanpa bimbingan dan pengawasan dari pihak berwenang, seperti dinas pendidikan atau inspektorat, situasi ini bisa menjadi celah penyalahgunaan kekuasaan.

𝘼𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙀𝙛𝙞𝙨𝙞𝙚𝙣𝙨𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙆𝙪𝙖𝙡𝙞𝙩𝙖𝙨

Salah satu kelebihan sistem swakelola adalah efisiensi biaya. Tanpa pihak ketiga yang mengambil margin keuntungan, anggaran lebih fokus pada material dan tenaga kerja. Selain itu, tenaga lokal bisa ikut bekerja, sehingga ekonomi sekitar ikut bergerak. Secara teorinya bisa saja begitu, tetapi hal yang demikianlah an itu 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙙𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙩𝙖𝙣𝙙𝙖 𝙠𝙪𝙩𝙞𝙥, dugaan kepentingan membersamai.

Dan yang menjadi perhatian adalah kualitas bangunan. Karena masyarakat bukan tenaga konstruksi profesional, risiko kesalahan teknis bisa saja terjadi. Maka, pendampingan teknis dari dinas terkait atau konsultan pembangunan menjadi hal yang mutlak. Disinilah dugaan kepentingan bermain.

Maka peran Pemerintah jangan lepas tangan, jangan lepas setir, pemerintah harus mengemudi. Kalau mau swakelola berhasil, harus ada insinyur atau pendamping teknis di lapangan, yang profedional yang jauh dari kepentingan

𝙏𝙧𝙖𝙣𝙨𝙥𝙖𝙧𝙖𝙣𝙨𝙞, 𝙠𝙚𝙟𝙪𝙟𝙮𝙧𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙀𝙩𝙞𝙠𝙖: 𝙆𝙪𝙣𝙘𝙞 𝙎𝙪𝙠𝙨𝙚𝙨 𝙎𝙬𝙖𝙠𝙚𝙡𝙤𝙡𝙖

Kunci sukses swakelola terletak pada dua hal: 𝙩𝙧𝙖𝙣𝙨𝙥𝙖𝙧𝙖𝙣𝙨𝙞 𝙖𝙣𝙜𝙜𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙞𝙣𝙩𝙚𝙜𝙧𝙞𝙩𝙖𝙨 𝙥𝙚𝙡𝙖𝙠𝙨𝙖𝙣𝙖 𝘿𝙤𝙠𝙪𝙢𝙚𝙣 𝙠𝙤𝙣𝙩𝙧𝙖𝙠, 𝙡𝙖𝙥𝙤𝙧𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙡𝙖𝙣𝙟𝙖, 𝙝𝙞𝙣𝙜𝙜𝙖 𝙛𝙤𝙩𝙤 𝙥𝙧𝙤𝙜𝙧𝙚𝙨 𝙥𝙚𝙠𝙚𝙧𝙟𝙖𝙖𝙣 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙙𝙞𝙖𝙠𝙨𝙚𝙨 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙠𝙚𝙩𝙖𝙝𝙪𝙞 𝙥𝙪𝙗𝙡𝙞𝙠. Kepala sekolah dan panitia pelaksana wajib menjaga akuntabilitas tanpa memihak siapa pun.

Ketika semua pihak sadar akan pentingnya keterbukaan dan integritas, maka potensi konflik bisa ditekan. Namun jika sebaliknya — semua dijalankan 𝙙𝙞𝙖𝙢-𝙙𝙞𝙖𝙢, maka kecurigaan publik tak bisa dihindarkan.

Swakelola bukan sistem yang 𝙗𝙚𝙗𝙖𝙨 𝙢𝙖𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝, namun jika dijalankan dengan pengawasan yang kuat dan partisipasi yang luas, hasilnya bisa jauh lebih bermakna. Bangunan sekolah bukan hanya soal fisik, tapi juga soal membangun kepercayaan dan tanggung jawab bersama.

Redaksi Suarakyat.com Untuk keadilan sosial dan suara rakyat kecil

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *