Sudut Mana yang Tidak Ada Korupsi?”
Di tengah derasnya pemberitaan tentang kasus korupsi dari tingkat atas hingga bawah, kita pun tergelitik untuk bertanya: sudut mana yang tidak ada korupsi? Pertanyaan ini muncul bukan semata untuk menggugat, melainkan sebagai cermin kejujuran yang menampar kesadaran kita bersama.
Korupsi telah menjelma menjadi praktik yang tak lagi malu-malu. Ia menyusup dalam pengadaan barang, dalam proyek pembangunan, bahkan dalam kegiatan sosial keagamaan. Ironisnya, korupsi tak melulu soal nominal besar, tetapi juga menyangkut mentalitas: dari pungli kecil hingga permainan anggaran yang disiasati sedemikian rupa agar tampak legal.
Namun di tengah keprihatinan itu, ada upaya-upaya yang patut dihargai — salah satunya melalui sistem swakelola revitalisasi, terutama dalam proyek pembangunan fasilitas umum seperti gedung sekolah, balai desa, atau infrastruktur pelayanan dasar.
Swakelola membuka ruang partisipasi langsung masyarakat, memperkuat transparansi, serta menghindarkan proyek dari praktik mark-up oleh pihak ketiga yang selama ini menjadi celah empuk korupsi. Ketika masyarakat dilibatkan sebagai pelaksana, diawasi oleh tokoh lokal, dan dikelola oleh tim yang bertanggung jawab secara sosial dan moral, potensi kebocoran anggaran dapat ditekan secara signifikan.
Tentu, swakelola bukan tanpa tantangan. Bukan pula sistim yang bebas dengan celah korupsi, disitu di sinyalir masih ada celah kepentingan saat kepala sekolah atau kepala desa meneken kontrak dengan pelaksana yang “dekat” secara personal.
Meski swakelola tetap memberi harapan bahwa pembangunan bisa dikelola dengan gotong royong, bukan berarti terus bebas dengan kongkalikong.
Pertanyaannya kembali bergema: sudut mana yang tidak ada celah korupsi? Jawabannya mungkin belum bisa kita tunjukkan hari ini. Coba tanyakan saja pada rumput yang bergoyang, Tapi ketika kita berani memberi ruang bagi partisipasi masyarakat, jujur, transparansi anggaran, dan tanggung jawab bersama — kita setidaknya sedang menciptakan satu sudut kecil yang mulai bersih. Sebenarnya begitu Dan dari sudut kecil itulah, harapan besar dilahirkan.[Redaksi|Suarakyat.com]
Disclaimer:
Opini ini disusun sebagai bentuk refleksi dan kritik sosial terhadap fenomena korupsi yang terjadi di berbagai lini kehidupan. Pandangan yang disampaikan merupakan interpretasi penulis berdasarkan fakta umum, kebijakan publik, dan dinamika sosial yang berkembang. Tulisan ini tidak ditujukan untuk menyudutkan individu atau lembaga tertentu, melainkan sebagai ajakan bersama untuk membangun budaya integritas, transparansi, dan partisipasi publik dalam pengelolaan pembangunan — termasuk melalui pendekatan swakelola. Setiap pembaca diharapkan menyikapi opini ini secara bijak dan proporsional.