Opini: Jum’at Berkah: Etika dalam Perbedaan

Oleh: Redaksi Suarakyat.com
Hari Jum’at selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam. Di dalamnya ada keberkahan, ada ketenangan, dan ada anjuran untuk memperbanyak amal kebaikan. Maka tidak heran jika istilah “Jum’at Berkah” begitu populer di tengah masyarakat, sebagai ajakan untuk berbagi dan memperbaiki diri.
Namun, pada Jum’at yang berkah ini, ada baiknya kita merenung lebih dalam. Bukan soal sedekah makanan atau berbagi rezeki saja, tetapi juga tentang bagaimana kita menyikapi perbedaan, khususnya dalam iklim sosial dan politik yang sedang memanas.
Ijazah Palsu dan Panggung Debat yang Tidak Mendidik
Belakangan ini, isu soal dugaan ijazah palsu ramai dibicarakan. Perdebatan merembet ke banyak ruang publik—media sosial, podcast, layar TV, bahkan forum akademik. Ironisnya, alih-alih menjadi perdebatan intelektual yang sehat, yang kita saksikan justru saling serang, saling hina, dan saling telanjangi.
Bahkan ada yang terang-terangan berkata kasar, menuding tanpa data yang valid, atau menyampaikan kebenaran dengan cara yang tidak beradab.
Padahal, etika tak boleh ditanggalkan hanya karena berbeda pendapat. Debat soal pendidikan dan legalitas akademik semestinya disampaikan dengan cara yang juga mendidik. Apa yang kita ajarkan kepada generasi muda jika debat para tokoh justru penuh hujatan? Apa yang bisa diteladani dari saling sindir dan saling merendahkan?
Bayangkan, mahasiswa yang sedang belajar tentang integritas menyaksikan perdebatan yang jauh dari etika keilmuan. Lisan para tokoh publik tidak mencerminkan keteladanan, bahkan terkadang justru mencederai nilai-nilai luhur dalam dunia pendidikan.
Perbedaan Itu Boleh, Asal Tidak Membunuh Adab
Perbedaan pendapat adalah bagian dari dinamika demokrasi. Namun cara menyampaikannya adalah cermin kedewasaan. Menyampaikan kebenaran tidak harus dengan teriakan. Mengingatkan kekeliruan tidak harus dengan mencaci.
Jangan sampai kita terlalu sibuk memperdebatkan legalitas ijazah, tetapi melupakan pentingnya ijazah moral—nilai-nilai akhlak, adab, dan sopan santun yang jauh lebih berdampak dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam Islam, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa perkataan yang baik adalah sedekah. Maka, dalam semangat Jum’at Berkah ini, mari kita jadikan lisan kita sebagai ladang amal. Jika tidak mampu menenangkan keadaan, setidaknya jangan memperkeruh suasana.
Jum’at Ini, Kita Berkaca
Mari kita berkaca, sebagai publik, sebagai tokoh, sebagai pemimpin, sebagai pendidik. Mari tunjukkan bahwa kita bisa berbeda tanpa harus saling melukai. Kita bisa keras dalam prinsip, tapi tetap lembut dalam cara menyampaikannya.
Karena pada akhirnya, sejarah tidak hanya mencatat siapa yang benar, tetapi juga bagaimana cara seseorang memperjuangkan kebenaran itu.
Jum’at Berkah, semoga menjadi titik balik untuk menegakkan adab dalam setiap perbedaan.
Redaksi Suarakyat.com mengajak seluruh elemen bangsa untuk tetap menjaga nilai-nilai keadaban dalam berdiskusi, berpolitik, dan bersuara. Perbedaan bukan musuh, tapi sarana untuk saling memperkaya wawasan dan menjaga peradaban