Etika di Atas Emosi, Akhlak di Tengah Perdebatan Isu Ijasah Palsu

Etika di Atas Emosi, Akhlak di Tengah Perdebatan Isu Ijasah Palsu

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saudaraku, dimanapun berada, yang dirahmati Allah, Mari kita Tabayun dengan Ngaji Rasa, Hari ini Sabtu 19 Juli 2025, yang sering di sebut sebagai hari akhir pekan, Saudaruku mari kita luangkan waktu sejenak untuk menyaksikan tayangan di media, di televisi, bahkan di grup-grup WhatsApp, ada perdebatan panas tentang sebuah perkara — sebuah tuduhan, sebuah pembelaan terkait isu ijasah palsu yang menyeret nama Joko Widodo, Bahkan yang terlibat dalam perseteruan itu adalah orang-orang yang secara gelar dan status sosial sangat tinggi, bisa di bilang orang hebat: ada advokat, ada ilmuwan, ada tokoh, ada akademisi, ada juga yang menamakan relawan.

Tapi, sayangnya, yang tinggi ilmunya, dalam berdebat malah terlihat arogan kasar keras kerasan dalam bersuara, ternyata yang luas pengetahuannya, belum tentu luas kesabarannya.

Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an, “Wa qul li ‘ibādī yaqūlū allatī hiya aḥsan”
“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik.” (QS. Al-Isra’: 53)

Perkataan yang baik — itulah etika. Bukan teriak-teriak di depan kamera. Bukan saling menjatuhkan harga diri.
Apalagi saling memamerkan kepandaiannya egonya dan kekuasaannya. Hal yang demikian Itu bukan mendidik masyarakat sebagai penonton debat.

Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik, atau diam.” (HR. Bukhari Muslim)

Saudaraku,
Kalau kita beda pendapat, itu biasa. Tapi jangan sampai kehilangan adab. Kalau kita merasa benar, jangan sampai merendahkan yang lain.

Karena yang menonton kita — bukan hanya orang dewasa. Tapi anak-anak bangsa. Generasi muda menyaksikan debat, hujatan, dan makian — bukan sebagai pelajaran hukum, tapi tontonan arogan. Sungguh ironis, ketika yang berseteru adalah para tokoh —Tapi justru lupa menjadi teladan.

Maka mari kita berdoa: Ya Allah… Satukan hati para pemimpin kami dalam kebaikan.
Lembutkan lisan-lisan mereka agar berkata dengan adab dan kasih.
Jauhkan kami dari fitnah dan kezaliman,
Baik dari yang menuduh maupun yang membela diri.

Dan jadikan bangsa ini kuat karena akhlak, bukan karena debat. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.[Muhamad Sarman|Redaksi Suarakyat.com]

Exit mobile version