Opini HUT RI ke-80: “Suara Asli Suara Hati Rakyat, Suara Kejujuran”

Opini HUT RI ke-80: “Suara Asli Suara Hati Rakyat, Suara Kejujuran”

Delapan puluh tahun sudah bangsa Indonesia merdeka. Sebuah usia yang matang bagi sebuah negara mana pun untuk menegakkan keadilan, menyejahterakan rakyat, dan membuktikan bahwa kemerdekaan bukan sekadar tanggal merah di kalender, bukan pula sekadar parade dan lomba-lomba. Namun jelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80 ini, rakyat Indonesia masih dihadapkan pada pekerjaan rumah (PR) yang mencederai rasa keadilan: yaitu isu ijazah palsu, yang tidak bisa tuntas.

Rakyat arus bawah gelisah. Mereka melihat perdebatan demi perdebatan di layar kaca dan di jagat media sosial, namun tak satu pun menghadirkan kejelasan. Yang terlihat hanyalah panggung debat adu hebat, adu kuat suara, adu tinggi pangkat. Semua sibuk menyuarakan kepentingannya masing-masing, sementara “Suara Asli Suara Hati Rakyat, Suara Kejujuran” tenggelam di tengah kebisingan Suara elit, Suara orang orang hebat.

Rakyat tak peduli siapa yang paling pintar bersilat kata. Yang mereka mau hanya satu: “Kejujuran dan keadilan ditegakkan”. Apakah terlalu muluk bagi rakyat kecil untuk berharap bahwa orang yang duduk di kursi kekuasaan adalah mereka yang sah secara moral dan legal? Apakah terlalu sulit bagi negara yang sudah 80 tahun merdeka ini untuk memastikan bahwa pendidikan tidak dikangkangi oleh pihak pihak tertentu, yang di duga penuh tipu daya?

Isu ijazah palsu bukan sekadar soal administrasi.bukan sekedar kepentingan segelintir orang, Ini adalah soal integritas dan inisoal kepercayaan rakyat terhadap institusi negara. Jika seorang pejabat publik bisa melenggang tanpa kejelasan latar belakang pendidikannya, maka apa arti usaha rakyat membanting tulang demi menyekolahkan anak-anak mereka dengan biaya yang sangat mahal?

Maka di usia 80 tahun Republik ini, mari kita tanyakan dengan jujur: “Apakah kita benar-benar sudah merdeka dari kebohongan dan kemunafikan?Sudahkah suara rakyat menjadi dasar pengambilan keputusan di negeri ini?”

Biarlah yang di atas saling serang dan saling sanggah. Tapi jangan diamkan suara hati rakyat yang asli: suara jujur yang menuntut kejelasan, keadilan, dan kebenaran. Karena di tengah hiruk-pikuk elit yang penuh akal-akalan, rakyat hanya ingin kepastian dan kejujuran.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-80. Semoga kita tak hanya tua dalam usia, tapi dewasa dalam cara bernegara. Salam Nalar Akal Waras. Merdeka.

[Redaksi Suarakyat.com]

 

Disclaimer:
Opini ini adalah ekspresi dari keresahan warga terhadap isu publik yang sedang berkembang dan bukan merupakan tuduhan terhadap pihak atau individu tertentu. Setiap pihak berhak untuk memberikan klarifikasi secara terbuka dan jujur demi kebaikan bersama.

 

Exit mobile version