Mandor di Persimpangan: Antara Target, Kemanusiaan, dan Pekerja Titipan Bos

Mandor di Persimpangan: Antara Target, Kemanusiaan, dan Pekerja Titipan Bos

Opini Kehidupan – oleh Muhamad Sarman|Redakrur Suarakyat.com

Dalam dunia proyek bangunan, posisi mandor sering kali berada di tengah pusaran masalah. Di satu sisi, pemilik pekerjaan menaruh kepercayaan penuh padanya. Mandor dipercaya mengatur jalannya pembangunan, memastikan pekerjaan selesai tepat waktu dan sesuai target. Namun di sisi lain, mandor harus berhadapan langsung dengan para pekerja yang sifatnya bermacam-macam: ada yang rajin, ada yang tanggung jawab, dan ada pula yang malas, semaunya sendiri.

Inilah dilema seorang mandor. Saat pemilik menekan dengan target, mandor dituntut untuk mencari cara agar semua berjalan sesuai rencana. Namun ketika ada pekerja yang malas, lamban, atau tidak disiplin, posisi mandor menjadi sulit.

Dilema Kemanusiaan

Secara profesional, solusi paling mudah adalah mengganti pekerja yang tidak maksimal dengan orang yang lebih bisa diandalkan. Tetapi realitanya, banyak mandor yang tidak tegaan, Mereka paham bahwa setiap pekerja punya keluarga yang menanti di rumah, ada anak yang butuh makan, biaya sekolah dan ada istri yang menunggu belanja harian. Hati nurani sering kali membuat mandor menahan diri untuk tidak langsung mengambil keputusan tegas.

Baca juga : 

Manifesto Politik Aktivis Lintas Generasi Soloraya: “Saatnya Amarah Jadi Arah

Namun jika dibiarkan, risiko lain menanti: pekerjaan tidak sesuai target, pemilik kecewa, bahkan kepercayaan pada mandor bisa hilang. Di sinilah dilema itu muncul—antara rasa iba sebagai manusia dan tuntutan profesional pekerjaan sebagai seorang mandor.

Beban Tambahan: Pekerja Titipan Bos

Ada satu kondisi yang paling berat bagi seorang mandor: ketika menghadapi pekerja “Titipan Bos.” Pekerja semacam ini biasanya mendapat perlakuan istimewa karena statusnya “Anak Emas” dari pemilik proyek. Sayangnya, sering kali pekerja titipan justru sering membuat seorang mandor pusing tuju keliling, karena sabt anak emas bekerja semaunya sendiri. Disuruh tidak patuh, diingatkan tidak berubah, bahkan terkadang menantang aturan kerja yang sudah disepakati.

Hal seperti ini bagi mandor, ini adalah masalah besar. Di satu sisi, target pekerjaan harus tetap tercapai. Di sisi lain, mandor tidak leluasa menegur atau mengambil tindakan tegas, karena takut dianggap melawan bos. Akibatnya, beban mandor makin berat: harus menjaga ritme pekerjaan, menahan emosi menghadapi pekerja bandel, sekaligus memastikan tidak ada konflik dengan pemilik pekerjaan.

Boleh dikatakan, inilah titik paling sulit bagi seorang mandor—lebih sulit daripada menghadapi pekerja malas biasa. Sebab, kalau pekerja biasa bisa diganti, pekerja titipan bos sering kali “kebal aturan”.

Antara Tegas dan Bijaksana

mandor memegang amanah dari pemilik pekerjaan, sementara pekerja juga memegang amanah dari mandor. Semua pihak harus berlaku adil dan menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab.

Rasulullah SAW juga bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, ia menyempurnakan pekerjaannya.”
(HR. Al-Baihaqi)

Seorang mandor yang baik harus bisa mencari titik tengah. Ketegasan tetap diperlukan, sebab tanpa disiplin, pekerjaan bisa kacau. Tetapi ketegasan bukan berarti keras tanpa hati. Ada kalanya mandor perlu memberi peringatan, menegur dengan cara yang manusiawi, atau memberi kesempatan untuk berubah sebelum mengambil langkah akhir.

Islam juga mengajarkan bahwa setiap pekerjaan adalah amanah yang harus dijalankan dengan sungguh-sungguh. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)

Ayat ini mengingatkan bahwa seorang mandor memegang amanah dari pemilik pekerjaan, sementara pekerja juga memegang amanah dari mandor. Semua pihak harus berlaku adil dan menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab.

Namun khusus untuk pekerja titipan bos, jalan satu-satunya biasanya adalah komunikasi. Mandor perlu menyampaikan kondisi lapangan secara apa adanya kepada pemilik, agar bos tahu bahwa pekerja yang dititipkan justru menghambat pekerjaan. Itu pun perlu dilakukan dengan hati-hati, karena salah bicara bisa berbalik merugikan mandor sendiri.

Perumpamaan Nakhoda Kapal

Hubungan antara mandor, pekerja, dan pemilik pekerjaan bisa diibaratkan seperti sebuah kapal besar.
Pemilik pekerjaan adalah pemilik kapal yang menentukan tujuan pelayaran.
Mandor adalah nakhoda yang mengarahkan kapal agar sampai tujuan tepat waktu.
Pekerja adalah awak kapal yang harus mendayung dan menjaga layar agar kapal tetap melaju.

Jika ada awak yang malas mendayung, kapal akan melambat. Nakhoda bisa memilih: apakah mengganti awak tersebut dengan orang lain, atau mencoba membangkitkan semangatnya agar kembali mendayung bersama. Namun bila ada awak kapal yang merupakan titipan pemilik kapal—meski kerjanya asal-asalan—posisi nakhoda jadi makin sulit. Ia tidak bisa serta-merta menegur keras, karena takut menyinggung pemilik kapal.

Mandor dan Pekerja adalah Satu Kesatuan

Sejatinya, perumpamaan ini bukan sekadar gambaran tentang dilema mandor. Ada pesan penting yang perlu diingat bersama: mandor dan pekerja adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Keduanya harus saling bersinergi, saling menguatkan, dan saling menghargai agar pekerjaan bisa berjalan dengan baik.

Mandor tanpa pekerja hanyalah pemimpin tanpa pasukan. Pekerja tanpa mandor hanyalah kelompok yang berjalan tanpa arah. Jika keduanya bisa bersatu dalam semangat yang sama, proyek apa pun akan lebih mudah diselesaikan, target tercapai, dan kesejahteraan bersama pun ikut terjaga.

Jadi mandor itu nggak gampang. Di satu sisi dikejar target bos, di sisi lain harus berhadapan dengan pekerja malas, bahkan ada yang titipan bos kerjanya semaunya sendiri. Mandor pun sering dihadapkan pada dilema: tegas atau tetap iba?

Exit mobile version