Kultum Singkat: Belajar Syukur di Tengah Ujian Kehidupan
Oleh: Muhamad Sarman|Redaktur Suarakyat.com
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Hari ini Minggu 31 Agustus 2025 kita menyaksikan suasana di negeri kita sedang ada aksi unjuk rasa termasuk di kota Solo, saat ini sedang terjadi demo yang berujung pada kericuhan. Semua ini tidak lepas dari rasa ketidakpuasan, rasa kurang, dan rasa kecewa. Wajar jika rakyat menyampaikan aspirasi. Namun yang harus kita sadari, hidup di dunia ini memang penuh keterbatasan.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kunci kebahagiaan bukan pada tingginya jabatan, atau banyaknya fasilitas hidup setiap orang, melainkan pada hati yang pandai bersyukur..
Baca juga:
Pernyataan Sikap Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS) Terkait Dinamika Pasca Unjuk Rasa ke DPR dan Pemerintah
Kalimat bijak mengatakan: “Mari kita belajar syukur, kalau menuruti kurang tidak akan ada habisnya. Ingat, ini dunia kawan, bukan surga.”
Setiap kejadian dalam kehidupan, itu adalah ujian dan setiap orang pasti mendapat ujian, belum tentu ujian itu dalam bentuk kesedihan, orang mendapatkan jabatan kalau mereka sadar itu juga bagian dari ujian, apalagi jabatan yang tinggi yang bersentuhan dengan Rakyat, itu ujian bagi yang bersangkutan. Tentu mereka ingat ketika di lantik, diatas kepalanya ada kitap suci dan mereka mengucapkan janji sumpah jabatan.
Ingatlah, amanah itu berat. Setiap janji yang diucapkan bukan hanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan rakyat, dan hanya sebagai sumpah serapah, tetapi juga di hadapan Allah SWT.
Dunia bukan tempat kesempurnaan. Dunia adalah tempat ujian: ada saatnya kita merasa kurang, ada saatnya kita diuji dengan kesulitan, bahkan dengan ketidakadilan. Namun, justru dengan rasa syukur, hati kita menjadi lapang, tenang, dan tidak mudah terseret amarah.
Rasulullah SAW pun mengajarkan doa yang sangat indah:
“Ya Allah, jadikanlah rezeki keluarga Muhammad sekadar cukup untuk hidup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan bahwa cukup dan syukur jauh lebih berharga daripada berlebih tapi tak pernah merasa puas.
Maka, ketika kita melihat demo, kericuhan, dan keresahan sosial, mari kita ambil pelajaran: tuntutan boleh, aspirasi perlu, tapi jangan hilangkan rasa syukur. Karena dengan syukur, hati kita tetap terjaga, dan dengan syukur pula kita mampu menjaga diri agar tidak ikut hanyut dalam anarkisme.
Saudaraku, dunia ini memang bukan surga. Kalau kita berharap semua sempurna di sini, kita akan kecewa. Tetapi bila kita belajar syukur, insyaAllah hati kita akan selalu damai.
Mari kita membuka dan membaca buku diri kita sendiri seperti apa, sebelum kita membuka dan membaca buku diri orang lain. Wallahu a’lam bishshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.