Tradisi Nyadran di Makam Dowo: Wujud Syukur dan Doa untuk Leluhur di Desa Urutsewu

Tradisi Nyadran di Makam Dowo: Wujud Syukur dan Doa untuk Leluhur di Desa Urutsewu

Gambar: Mbah Ropingi, Sesepuh Dusun Wonosari, yang memandu jalannya bersih makam Dowo.

Boyolali – Suarakyat.com | Warga Dusun Wonosari, RT 01 RW 05, Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali kembali melaksanakan tradisi tahunan Nyadran di Makam Dowo pada Selasa Kliwon, 22 Juli 2025. Kegiatan dimulai sejak pukul 08.30 WIB dengan semangat gotong royong dan kebersamaan seluruh warga, baik tua maupun muda.

Tradisi nyadran ini dipimpin oleh Bapak Ropingi, tokoh masyarakat yang telah lama menjadi sesepuh dan panutan dalam pelestarian budaya spiritual desa. Kegiatan diawali dengan kerja bakti membersihkan area makam dan punden Makam Dowo. Warga bersama-sama menyapu, memangkas rumput, dan menata lingkungan makam dengan penuh keikhlasan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur.

Gambar: Jiyono, Warga Pensiunan TNI yang sering bersih bersih makam setiap gari Jum’at.

Usai kegiatan bersih-bersih, dilanjutkan dengan tahlil bersama yang dipimpin oleh Ustaz Rohmadi, sebagai bentuk doa bersama untuk para arwah yang telah mendahului. Dalam suasana khidmat, warga memanjatkan doa agar para leluhur mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.

Puncak kegiatan adalah kenduri atau sedekahan bersama, di mana warga membawa nasi tumpeng, lauk-pauk, dan hasil bumi untuk didoakan dan disantap bersama. Nilai kebersamaan, syukur, dan sedekah menjadi inti dari prosesi ini.

Gambar: Warga, Dusun, Urut sewu saat ikuti ritual tahunan Sadranan gelar tahlil bersama

Menghidupkan Tradisi, Menyambung Doa

Tradisi nyadran merupakan warisan budaya spiritual masyarakat Jawa yang sarat makna religi. Dalam Islam, menghormati dan mendoakan leluhur merupakan amalan mulia yang dianjurkan, sebagaimana dalam hadits Nabi Muhammad SAW:
“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Dengan nyadran, warga tidak hanya membersihkan fisik makam, namun juga membersihkan hati dari kesombongan dan individualisme. Tradisi ini menjadi pengingat bahwa hidup di dunia hanyalah sementara, dan hubungan spiritual dengan leluhur tetap dijaga melalui doa dan sedekah.

Selain menjadi wadah silaturahmi warga, nyadran juga memperkuat akar budaya lokal yang tetap sejalan dengan nilai-nilai Islam. Warga Dusun Wonosari telah membuktikan bahwa adat dan agama bisa berjalan beriringan dengan harmoni dan kedalaman makna.
Reporter|Jiyono|Suarakyat.com

Exit mobile version