Opini: Isu Ijasah Palsu, Rakyat Ngelus Dodo.

Opini: Isu Ijasah Palsu, Rakyat Ngelus Dodo.

Gambar: Tim kerja sedang rapat, sambil Ngeteh dan Ngebul

Renungan Minggu Pagi, 22 Juni 2025, Sambil Ngeteh dan Ngebul (Ngenteni Tetesing Hidayah dan Ngenteni Bubare Lakon) akan seperti apa, Nonton Hebatnya Debat para elit dan orang orang hebat yang lagi membela kepentingannya masing-masing, terkait “Isu Ijasah Palsu, Rakyat cukup Ngelus Dodo”

Ngelus dodo….Begitu kata orang Jawa saat melihat sesuatu yang bikin sesak dada, bukan karena sesak napas, tapi sesak oleh kenyataan. Tayangan debat di layar kaca kembali hadir, mempertemukan mereka yang katanya hebat-hebat, pintar-pintar, tokoh ini dan tokoh itu—beradu suara, adu gaya, adu gengsi.

Isu yang dibahas sebenarnya sederhana: “Soal Isu Ijazah palsu.” Tinggal dibuka, dicek, dan diselesaikan dengan jujur. Tapi alih-alih mencari solusi, yang terjadi justru panggung pamer kehebatan. Ada yang teriak-teriak, ada yang tunjuk-tunjuk, ada yang bicara seperti ingin menginjak lawan bicaranya, luar biasa.

“Lo, …gak ada apa-apanya dibanding gue!”
“Lo,…itu siapa! Gue lebih hebat!”

Begitulah kira-kira isi debat yang disuguhkan ke rakyat. Hebat dalam berdebat, bukan dalam menyelesaikan masalah. Bahkan, terlihat telah lahir para pendebat muda, murid-murid dari generasi debat yang mewarisi gaya saling tunjuk dan saling teriak. Apakah ini yang akan mewarnai masa depan Indonesia? Negara hebat berdebat?

Ngelus dodo, wong ndeso, Aduh kuto…Yang sederhana dipersulit. Yang mudah dibiarkan rumit. Saling curiga, saling tuduh, saling fitnah. Padahal kalau memang benar ada pemalsuan, tinggal tunjukkan buktinya, begitu sebaliknya jika memang ada aslinya tinggal tunjukkan, yang menuduh proses secara hukum. Tangkap yang menyebar fitnah jika memang tidak terbukti tuduhannya. Itu baru tegas. Itu baru wibawa. Itu baru yang di harapkan rakyat.

Kurangi debat yang tak bermanfaat. Kurangi tontonan debat yang hanya menghibur elite, tapi menyakitkan hati rakyat.

Rakyat itu rindu sekali ingin menyaksikan debat tentang bagaimana caranya menghapus kemiskinan. Rakyat ingin tahu bagaimana para elite bertengkar saling ngotot, jari saling tunjuk, saling menantang demi sembako, demi kesejahteraan, demi beras, minyak goreng, biaya sekolah dan rumah sakit.

Bayangkan…Kalau mereka yang saling tunjuk dan teriak itu sedang memperjuangkan turunnya harga beras.
Atau saling bentak demi menurunkan angka stunting.
Atau menunjuk-nunjuk karena tidak rela ada rakyat yang tidak bisa berobat.

Ah… itulah, baru debat yang pantas dan dirindukan rakyat. Itu baru debat yang layak diwariskan. Sementara ini, rakyat cuma bisa…”Ngelus dodo.”
Reporter: Jiyono|Editor|MSar|Redaksi Suarakyat.com

 

 

 

DISCLAIMER:
Konten ini diproduksi oleh Suarakyat.com untuk tujuan edukatif dan reflektif. Semua opini dalam narasi merupakan interpretasi sosial dan tidak dimaksudkan untuk menyudutkan pihak tertentu. Materi visual berupa footage bebas pakai dan tidak mewakili individu atau kelompok tertentu secara langsung. Jika ada kemiripan tokoh atau peristiwa, hal itu murni kebetulan.

 

Exit mobile version